Menjadi Guru Itu Mudah. Apakah betul Demikian?
Oleh: Sunandar Azma'ul Hadi
Oleh: Sunandar Azma'ul Hadi
Sumber: Dokumentasi RBZ
Sekolah merupakan salah satu lembaga yang paling komprehensif dalam menyampaikan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk memperbaiki kualitas hidupnya. Ilmu pengetahuan memang tidak mutlak hanya bisa diperoleh dari bangku sekolah. Bisa saja seseorang akan mendapatkan pengetahuan dari tempat yang bahkan sebagian dari kita memandang itu negatif. Contohnya di pasar atau bahkan mungkin di tempat-tempat hiburan malam sekalipun. Selalu ada pelajaran dari setiap perjalanan hidup manusia. Tergantung kita, apakah bisa mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang telah kita lalui masing-masing.
Sekolah masih menjadi primadona sebagai tempat yang paling referensatif untuk meyampaikan ilmu pengetahuan karena situasinya telah dikondisikan dengan baik. Dengan demikian, pengaruh negatif berusaha untuk diminimalisir karena lingkungan sudah terkondisi sedemikian rupa. Hal ini memungkinkan transfer of knowledge dan pembentukan karakter akan lebih optimal dilakukan oleh guru kepada para siswanya. Tidak berlebihan ketika kita menganggap bahwa sekolah adalah cerminan masa depan bangsa. Dari sekolah, suatu negara bisa melihat seperti apa masa depan yang akan dilalui negaranya. Maka berbahagialah bagi negara yang memiliki sistem Pendidikan yang bagus. Karena itu semua akan menjadi investasi abadi yang akan memperbaiki kondisi negara mereka di masa yang akan datang.
Belakangan ini para orang tua sudah memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya Pendidikan bagi anak-anak mereka. Tidak sedikit para orang tua yang mulai mempersiapkan anak-anak mereka untuk menempuh pendidikan di sekolah-sekolah dengan kualitas tinggi. Rencana ini tidak dilakukan saat anak-anak mereka mendekati usia sekolah, tetapi saat anak-anak mereka masih bayi, atau bahkan ketika anak-anak mereka belum terlahir di dunia. Kesadaran orang tua akan pentingnya Pendidikan anak-anak mereka adalah suatu berkah bagi Indonesia untuk berubah menjadi lebih baik dengan generasi emasnya.
Negara melalui lembaga pendidikannya yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia haruslah menyambut antusiasme warganya ini dengan jaminan kualitas yang tinggi. Biaya Pendidikan bukan lagi menjadi persoalan utama bagi masyarakat, sekalipun mungkin dibeberapa daerah masih menjadi persoalan. Justru saat ini persoalaannya sudah bergeser dari biaya Pendidikan menjadi kualitas Pendidikan yang ditawarkan oleh Lembaga tersebut. Sedang ramai diperbincangkan beberapa sekolah negeri sepi peminat, bahkan tidak menerima siswa baru satupun. Para orang tua bergeser menuju ke sekolah swasta yang mampu menawarkan program unggulan dan menjamin kualitas peserta didiknya. Sekalipun biaya Pendidikan di sekolah swasta mungkin berkali-kali lipat dibandingkan dengan sekolah negeri, para orang tua tetap memburu sekolah tersebut dengan dalih kualitas yang tinggi. Kesadaran akan pentingnya kualitas ini menjadi PR besar bagi seluruh Lembaga Pendidikan, bahwa mereka harus bisa menjamin kualitas hidup seluruh siswanya.
Banyak hal yang mempengaruhi kualitas lulusan dari suatu Lembaga Pendidikan, salah satu ujung tombak dari kualitas ini adalah pendidiknya. Kebanyakan dari kita mungkin memandang profesi guru adalah salah satu profesi yang bisa dikerjakan oleh semua orang. Bahkan saat ini tersebar suatu mindset di masyarakat bahwa untuk bisa menjadi guru, kita tidak harus kuliah di kampus dengan jurusan keguruan. Dengan paradigma seperti ini, profesionalitas seorang guru sedang diuji. Apakah memang demikian adanya? Pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh kualitas kinerja kita yang disebut guru.
Untuk bisa menjadi seorang guru, tidak cukup hanya dengan memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Menjadi seorang guru minimal memiliki kompetensi pedagogik, Profesional, Kepribadian, dan sosial. Keempat kompetensi ini akan menjadikan seorang guru memiliki tanggungjawab dalam mengajar. Tidak hanya sekedar menggugurkan kewajiban karena suatu tugas. Bagaimana mungkin seseorang bisa menjadi guru tanpa memiliki salah satu kompetensi di atas, misalnya adalah kompetensi pedagogik.
Kompetensi pedagogik merupakan elemen esensial dalam profesi seorang guru, karena mencakup kemampuan untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran secara efektif. Guru yang memiliki kompetensi ini mampu memahami berbagai teori dan prinsip pembelajaran, sehingga dapat menciptakan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.
Selain itu, kompetensi pedagogik juga berkaitan dengan pengelolaan kelas yang efektif. Guru yang kompeten dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, menjaga motivasi siswa, dan menangani berbagai tantangan yang muncul di dalam kelas. Kemampuan untuk menerapkan pendekatan diferensiasi sangat penting, karena setiap siswa memiliki gaya dan kecepatan belajar yang berbeda. Dengan demikian, guru dapat memastikan bahwa semua siswa mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk berkembang.
Evaluasi dan penilaian juga menjadi bagian penting dari kompetensi pedagogik. Guru perlu mampu merancang alat penilaian yang tepat dan adil, sehingga dapat mengukur pemahaman serta kemajuan siswa dengan akurat. Selain itu, kompetensi ini mendorong guru untuk terus belajar dan mengembangkan diri, menciptakan budaya pembelajaran yang berkelanjutan dalam lingkungan pendidikan.
Komunikasi yang efektif adalah aspek lain yang tidak kalah penting. Guru harus mampu berkomunikasi dengan jelas, baik dengan siswa maupun dengan orang tua, untuk membangun hubungan positif yang mendukung proses belajar. Secara keseluruhan, kompetensi pedagogik berkontribusi pada keberhasilan proses pembelajaran dan perkembangan holistik siswa, menjadikannya kunci utama dalam menciptakan generasi yang cerdas dan berkarakter.
Dalam dunia Pendidikan, seorang pendidik dilarang keras memiliki pemikiran bahwa terdapat siswa yang tidak cerdas atau bodoh. Setiap anak memiliki spesialisasi masing-masing, itulah sebabnya mereka unik dan berbeda satu dengan yang lainnya. Guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan agar bisa menemukan keunikan atau spesialisasi dari setiap siswanya. Dengan demikian ia mampu mengembangkan siswanya berdasarkan spesialisasi tersebut. Banyak guru yang tersesat dengan hasil dari instrument evaluasi yang ia buat sendiri. Instrument evaluasi yang hanya menghasilkan angka-angka yang akan mempartisi siswa menjadi pintar, kurang pintar dan bodoh akan mempersempit pandangan kita tentang seorang siswa.
Mari kita Kembali kepada mindset awal bahwa tidak terdapat satupun siswa yang bodoh. Mereka hanya belum menemukan spesialisasi yang ada pada diri mereka. Itulah tugas guru untuk membimbing mereka menemukan dan mengembangkan spesialisasi tersebut. Orang jenius seperti Albert Einstein dikeluarkan dari sekolahnya karena gurunya menganggap bahwa ia tidak memiliki kemampuan untuk mengikuti pembelajaran di sekolahnya. Saat itu gurunya tidak memiliki keterampilan untuk melihat spesialisasi dari seorang Albert Einstein. Yang melihat keistimewaan tersebut justru adalah Ibunya, dukungan datang dari Ibunya dan menjadikan seorang Albert Einstein menjadi ilmuan terkemuda yang teori-teorinya bahkan masih sangat popular hingga saat ini.Â
Mengenali potensi setiap siswa sangat penting dalam konteks pendidikan, karena setiap individu memiliki bakat, minat, dan keunikan yang berbeda. Ketika guru mampu mengidentifikasi dan memahami potensi ini, mereka dapat merancang pengalaman belajar yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Hal ini tidak hanya meningkatkan keterlibatan siswa, tetapi juga membantu mereka merasa lebih dihargai dan diakui.
Dengan mengenali potensi siswa, guru dapat memberikan dukungan yang tepat untuk mengembangkan kemampuan mereka, baik dalam aspek akademis maupun non-akademis. Pendekatan ini memungkinkan guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, di mana setiap siswa merasa aman untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri. Selain itu, pemahaman tentang potensi siswa juga memungkinkan guru untuk menerapkan metode pengajaran yang beragam, sehingga siswa dapat belajar dengan cara yang paling sesuai bagi mereka.
Ketika siswa merasa bahwa potensi mereka diperhatikan dan diberdayakan, motivasi dan kepercayaan diri mereka cenderung meningkat. Ini pada gilirannya dapat berkontribusi pada pencapaian akademis yang lebih baik dan perkembangan karakter yang positif. Dengan demikian, mengenali potensi setiap siswa adalah langkah krusial dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga siap menghadapi tantangan di masa depan.
Itulah sebabnya seorang guru tidak hanya cukup dengan memiliki pengetahuan saja, tetapi juga harus mampu menyampaikan pengetahuan tersebut dengan hati yang ikhlas. Mengajar dengan hati merupakan suatu pendekatan yang mencerminkan kedalaman perasaan dan komitmen seorang guru terhadap proses pembelajaran. Ketika guru menyampaikan pengetahuan dengan hati, mereka tidak hanya berfokus pada transfer informasi, tetapi juga pada membangun hubungan emosional dengan siswa. Ini menciptakan suasana kelas yang hangat dan inklusif, di mana siswa merasa dihargai dan diperhatikan.
Dengan mengajar dari hati, guru mampu menyentuh jiwa siswa, menginspirasi mereka untuk mengeksplorasi lebih dalam dan memotivasi mereka untuk belajar dengan penuh semangat. Ketulusan dalam pengajaran dapat memfasilitasi pemahaman yang lebih baik, karena siswa merasa nyaman untuk bertanya, berdiskusi, dan berbagi ide. Selain itu, ketika guru menunjukkan empati dan kepedulian, siswa cenderung merasa lebih percaya diri dan termotivasi untuk mengatasi tantangan akademis. Ketika pengetahuan disampaikan dengan hati, proses pembelajaran menjadi lebih dari sekadar tugas akademis, ia menjadi perjalanan bersama yang saling menginspirasi antara guru dan siswa. Dalam konteks ini, guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pemandu dan teman yang siap membantu siswa menemukan potensi terbaik dalam diri mereka. Dengan demikian, mengajar dengan hati tidak hanya menghasilkan siswa yang cerdas, tetapi juga individu yang peka, kreatif, dan siap berkontribusi positif bagi masyarakat.