Hasil belajar hanyalah salah satu produk dari instrumen evaluasi dalam pendidikan. Hasil belajar tidak bisa dijadikan pedoman satu-satunya untuk mengukur apakah anak kita pintar atau tidak. Perlu Ayah Bunda ketahui bahwa pendidikan bukanlah ajang perlombaan atau persaingan. Karena jika kita memiliki mindset demikian, maka keberhasilan sebagian siswa merupakan kegagalan bagi sebagian siswa yang lainnya. Hal demikian tidak dibenarkan dalam dunia pendidikan. Setiap anak memiliki kecerdasannya masing-masing. Karena itulah mereka bersifat unik. Guru memiliki tugas untuk membimbing siswa mengembangkan kecerdasan yang dimiliki. Karena itu, kita tidak boleh terburu-buru menilai anak hanya berdasarkan hasil dari instrumen evaluasi yang tidak bisa mengukur keseluruhan potensi anak.
Yoook Ayah Bunda, perbaiki mindset kita tentang hasil belajar. Temukan keunikan yang ada pada si buah hati lalu kembangkan.
Jika kita bertanya kepada anak usia prasekolah dengan pertanyaan "Nak tadi di sekolah belajar apa aja? ". Mereka cenderung akan kesulitan dalam menjawab pertanyaan tersebut. Tetapi jika pertanyaannya kita ubah menjadi "Nak tadi di sekolah main apa aja sama bu guru dan teman-teman? ". Mereka dg semangat menjawab tadi kita berdoa sambil bernyanyi, kita berpegangan tangan sambil buat lingkaran besar dan kecil, kita juga bernyanyi sambil menyebutkan nama-nama hari.
Anak-anak usia prasekolah tidak harus dipaksa untuk mempelajari sesuatu, tetapi mereka cukup diajarkan bagaimana cara mempelajari sesuatu. Sehingga pelan-pelan mereka akan paham saat itu mereka sedang belajar, dan mereka menyadari bahwa belajar itu menyenangkan. Jangan bangun mindset belajar itu membosankan disaat mereka sedang membutuhkan jawaban tentang belajar itu sendiri. Karena kita bisa membentuk karakter anti belajar secara tidak sengaja pada anak.
Yoook Ayah Bunda pasti bisa!!!
Karakter Qurani menjadi idaman setiap insan. Usia anak-anak adalah waktu yang paling ideal untuk membentuk karakter Qurani yang kuat. Meskipun banyak halangan datang dari berbagai arah, salah satu cara efektif untuk mengatasinya adalah dengan mengisi waktu anak-anak dengan kegiatan positif yang menghibur, namun tetap mengarahkan mereka pada nilai-nilai Qurani. Dengan pendekatan ini, anak-anak tidak akan merasa terbebani oleh aktivitas yang mereka lakukan, karena mereka menganggapnya sebagai waktu bermain yang menyenangkan.
Anak-anak akan lebih termotivasi untuk belajar jika proses pembelajaran disesuaikan dengan usia dan tingkat pemahaman mereka. Gunakan metode pembelajaran yang interaktif, seperti permainan, lagu-lagu, atau cerita-cerita yang berhubungan dengan Al-Qur'an.
Belajar itu sesungguhnya adalah sesuatu yang menyenangkan. Manusia memiliki kecendrungan akan merasa senang ketika ia diberikan sesuatu yang baru dan menarik bagi dirinya. Informasi baru yang disajikan dalam pembelajaran harusnya juga bisa membuat manusia merasa senang. Tetapi kebanyakan justru sebaliknya, mereka merasa terbebani untuk menjalani proses tersebut. Hal ini terjadi karena pembelajaran tidak disampaikan dengan cara yang menarik. Ketika ketertarikan sudah dimiliki oleh anak, maka informasipun diterima dengan senang hati oleh mereka.
Program tahsin kelas 2 Sekolah Dasar Rumah Belajar Zahra. Pengenalan Tanda Mad Thobi'i ini disajikan kepada siswa dengan menggunakan media pembelajaran yang dikembangkan sendiri oleh Tutor Rumah Belajar Zahra, sehingga informasi yang akan disampaikan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Belajar sambil bernyanyi akan memudahkan anak dalam memahamu sesuatu. Informasi yang disampaikan akan lebih mudah tersimpan di dalam memori jangka panjang anak. Hal ini memungkinkan untuk anak dapat merecall pengetahuan yang sudah ada.
Belajar tidak hanya tentang mendapatkan informasi baru, tetapi juga tentang mengajarkan anak bahwa mereka adalah mahkuk sosial yang harus saling mendukung satu dengan yang lainnya. Mereka tidak berdiri sendiri membangun sesuatu, tetapi selalu ada kawan yang bisa dijadikan teman tukar pikiran dalam suka dan duka.
Matematika merupakan salah satu pelajaran yang cukup sulit untuk disajikan dengan menarik oleh guru. Dalam video ini siswa terlihat seperti bermain mengamati berbagai daun. Tetapi seungguhnya mereka sedang belajar untuk memahami matematika dengan cara yang sederhana.
Banyak orang tua yang keliru dalam hal bekal untuk anak. Sebagian dari kita mungkin berpikir anak akan aman masa depannya ketika kita mampu meninggalkan warisan yang banyak, sehingga lupa mengurus sesuatu yang paling krusial dalam hidup mereka, yaitu pendidikan. Pendidikan adalah sebaik-baiknya bekal yang diberikan orang tua kepada anaknya. Sebab dengan pendidikan mereka mampu mengangkat derajat keluarga dan mewujudkan mimpi yang mereka cita-citakan. Pendidikan akan mendatangkan kecukupan, tetapi kecukupan belum tentu mampu mendatangkan pendidikan.